Halaman

Minggu, 14 Oktober 2018

Literasi Sebagai Filter Informasi di Era Milenial

(sumber: hipwee.com)
Perkembangan teknologi khususnya di bidang informasi telah berkembang pesat. Sangat banyak aplikasi maupun situs yang menawarkan ketersediaan informasi hanya dalam hitungan detik di tangan penggunanya. Menurut Kompas.com, di Indonesia sendiri telah terdata sekitar 43.000 media massa online yang dapat diakses. Informasi saat ini layaknya udara yang selalu berhembus dan mudah didapatkan.

Sayangnya banyak pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan ini untuk menyebarkan berita bohong (Hoax). Perkembangan teknologi informasi rupanya tidak diiringi dengan perkembangan pola pikir masyarakat pengguna internet. Segala informasi diterima secara mentah tanpa ada penyaringan terlebih dahulu. Akhirnya, berita hoax tersebut menggiring opini masyarakat dan kemudian membentuk persepsi yang salah terhadap fakta sesungguhnya.

(sumber: Alinea.id)

Menurut Wikipedia, Hoax atau pemberitaan palsu atau fake news adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya agar mempercayai sesuatu, sang pembuat berita palsu tersebut sadar bahwa berita tersebut memang palsu. Berita yang bersifat satir ataupun parodi juga dianggap sebagai fake news.

Bramy Biantoro, seorang penulis di situs Merdeka.com,menyatakan bahwa ada empat bahaya yang ditimbulkan dari berita Hoax, yaitu: hoax dapat membuang waktu dan uang, hoax dapat mengalihkan isu, hoax sebagai sarana penipuan public, serta hoax sebagai pemicu kepanikan public).

Ada beberapa faktor penyebab mudahnya tersebar berita hoax di Indonesia, salah satunya ialah kurangnya minat membaca. Hal ini dibuktikan berdasarkan data oleh The World Most Literate Nation Study, bahwa peringkat literasi Indonesia menepati peringkat ke 60 dari 61 negara.

(sumber: artikelkomputermenarik.blogspot.com)
Peningkatan budaya literasi perlu digencarkan, mengingat bahwa literasi saat ini bukan hanya kemampuan dalam hal membaca dan menulis. Makna literasi pada era milenial semakin meluas menjadi kemampuan untuk mengakses, memilih, mengolah, memahami dan menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.

Literasi akan menjadi filter terhadap banyaknya informasi yang beredar di masyarakat. Wawasan masyarakat akan semakin luas karena rajin membaca berbagai literatur, yang membuat mereka menjadi kritis terhadap informasi. Dengan sikap kritis inilah masyarakat akan berhati-hati dalam mencerna informasi, kemudian melakukan analisis sebelum bersikap dan bertindak.

Sebagai pemuda seharusnya kita sadar bahwa sikap kritis yang bijaksana atas segala informasi yang beredar, dapat menghasilkan rasa damai ditengah kehidupan masyarakat. Dengan kesadaran itulah, mari kita bangkitkan budaya literasi pada diri kita sendiri dan menularkannya kepada orang-orang sekitar kita, sehingga berita hoax tidak lagi menjadi ancaman serius di Indonesia.


(sumber: Fbi.gov)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar